Tuesday, December 12, 2006

TONG SAMPAH SAJA TAK KAN CUKUP

Menuruni undakan yang sebagian masih tanah terasa memasuki daerah lain yang tidak ada di Jakarta. Nuansa hijauan tanaman buah duku, rambutan dan nangka diantara rimbunan tanaman salak condet yang terkenal. Dengan luasan yang tidak lebih besar dari sebuah lapangan bola menghampar beragam tanaman buah yang dapat dipastikan sebagai salah satu penyelamat Jakarta dari ledakan karbon akibat kendaraan bermotor dan aktivitas produksi. Sebagai Jejak ekosistem kebun Jakarta tempo dulu yang tersisa di Balekambang yang berada di pinggir sungai Ciliwung menjadikan daerah ini sangat berpotensi untuk rusak akibat abrasi saat Ciliwung meluap.
Tepat disebelahnya ternyata ada tempat penampungan sampah legal yang memang disewa oleh pihak kelurahan sebagai tempat pembuangan sampah. Bayangkan, pihak Kelurahan yang semestinya menjaga kebersihan dan keindahan Sungai Ciliwung, malahan menjadikannya sebagai bak sampah bagi masyarakatnya.

Tanah dipinggir sungai Ciliwunglah yang disewa untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, namun pada prakteknya tumpukan sampah tersebut diratakan kearah sungai yang otomatis akan jatuh kebadan sungai. Pemilik tanah mendapatkan sewa dari tanah yang dimilikinya, namun sungai Ciliwung, yang tidak merasakan ”hak sewa” namun turut ”disewakan” dengan jatuhnya sampah ke sungai.
Sebuah masalah yang kompleks yang harus segera diatasi. Diperlukan pemahaman semua pihak yang terkait mengenai fungsi bantaran sungai dan pembuangan sampah yang bijaksana, perlunya alternatif mata pencaharian bagi pekerja pengangkut sampah yang minimalnya pendapatan yang diterima sama dengan ketika mereka bekerja mengangkut sampah, perlunya manajemen dan kesepakatan dalam pengelolaan sampah. Sehingga saat tempat pembuangan akhir pinggir sungai ini tutup, semua yang terlibat mendapatkan solusi yang tidak merugikan. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tidak akan selesai hanya dengan membagikan tong sampah................