Thursday, September 16, 2010

sadisnya dokter gigi ku

tiga jam lebih menunggu giliran untuk dipanggil, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih tapi aku belum juga dipanggil. Selalu diatas dua jam dibuatnya aku menunggu, bahkan kali pertama mengantri, aku menjadi urutan terakhir dan dipanggil diatas jam dua belas malam. Kebayangkan, dokter gigi bekerja dari pukul enam sore sampai dini hari, sampai-sampai terfikir, jangan-jangan nih dokter pernah pulang nyubuh pula.
Keinginan menyambangi dokter gigi bukanlah karena keinginan tulus dari diri sendiri tetapi karena sakit gigi yang dirasa sudah tidak tertahankan dan juga tidak ingin rugi dengan memanfaatkan fasilitas asuransi dari kantor, sehingga membawaku bersabar-sabar menanti namaku dipanggil.
Ini merupakan kunjungan yang kelima kalinya dan merupakan kunjungan pamungkas untuk penambalan sebuah gigiku. Sebenarnya sejak kunjungan pertama, aku sudah menyadari bahwa orang-orang memiliki ketakutan tersendiri dengan dokter gigi bukan lah tanpa sebab, tidak hanya karena peralatannya yang semakin lama semakin modern dan tidak menakutkan, tetapi bagaimana pasien dibuat stress oleh pikiran diri sendiri akibat perintah-perintah sang dokter gigi tercinta. Terlebih lagi jika perawatan dilakukan terhadap sebongkah gigi yang terletak sangat tersembunyi yang memiliki kesulitan tinggi dalam menjangkaunya.
"coba lidahnya jangan diangkat." atau "bibirnya dibuka ya mas!" atau perintah "bernafas lewat normal lewat hidung ya mas". It's easy in the normal situation.
Silahkan mempraktekkan dalam posisi tidur dengan beragam alat berada di dalam mulut, sejak alat pengungkit, bor, penghisap air, dan beberapa alat lainnya, dengan air liur yang tidak boleh tertelan silahkan bernafas dengan normal.
Karena kita tidak terbiasa, dengan kondisi dan situasi seperti itu terkadang membuat tersedak karena "tanpa sadar" bernafas dengan mullut dan"tanpa sadar" mengubah posisi lidah atau "tanpa sadar" menutup bibir sehingga mengganggu "kesibukan" sang dokter gigi terhadap rongga mulut kita.
Anyway seberapapun kita "disiksa" oleh sang dokter gigi, kita akan tetap setia menunggu nama kita dipanggil dalam antrian selanjutnya............

KH. Soleh Iskandar

Sebelumnya, saya tidak pernah tahu siapa sebenarnya KH. Soleh Iskandar, sampai-sampai namanya diabadikan menjadi nama jalan di kota Bogor. Setelah mencari-cari informasi dengan bantuan om google, ternyata KH. Soleh Iskandar bukanlah nama sembarangan. kiprahnya dimasa perjuangan melawan penjajah dan masa kemerdekaan tidaklah sedikit, khususnya untuk wilayah Bogor dan sekitarnya.
Dilahirkan di daerah Pamijahan Bogor, telah banyak jejak harum yang ditinggalkan, sebagai komandan Hizbullah wilayah Bogor saat perang melawan penjajahan, menjadi pengurus Masyumi pada awal-awal kemerdekaan hingga aktif dalam pendirian pesantren pertanian Darul-Falah, Rumah sakit Islam Bogor dan universitas Ibnu Khaldun.
Pasti karena besarnya jasa-jasa beliau maka nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kota Bogor tempat Rumah Sakit Islam Bogor dan universitas Ibnu Khaldun berada.
Ternyata nama harum beliau tidak serta merta diabadikan secara harum oleh pemda Bogor atau siapapun yang memberikan ide pencantuman nama beliau, karena jalan yang menyandang nama beliau dalam kurun waktu 5 tahun terakhir lebih banyak rusaknya dibandingkan dengan bagusnya. Jalan propinsi menjadi salah satu alasan bagi pemda Bogor dalam berargumen mengenai rusaknya jalan ini selain juga menjadikan faktor alam sebagai alasan.
Patut disayangkan memang, penghargaan terhadap jasa KH. Soleh Iskandar diwujudkan dengan penggunaan mencantumkan nama beliau pada jalan yang hampir setiap tahun selalu mengalami kerusakan.

Tuesday, September 14, 2010

Kecoa di sekitar ku

ini bukan membicarakan kecoa dalam arti kiasan, tetapi kecoa dalam arti yang sesungguhnya, serangga berkaki banyak yang sebagian besar orang jijik melihatnya. Ternyata hidupku tidak bisa dilepaskan dari keseharian makhluk ciptaan tuhan tapi yang dibenci oleh sebagian umatnya. Tidak dirumahku sekarang ataupun di rumah tempat aku dibesarkan dan melalui masa-masa SD, SMP, SMA keberadaan makhluk ini merajalela.
Di rumah ku saat ini pembasmi hama semprot yang di jual bebas menjadi teman setia dalam menganggulangi keberadaan si Kecoa ini, ditinggal dua malam saja rumah dalam keadaan kosong, Kecoa sudah mulai menguasai khususnya di sekitar kamar mandi.
Dalam minggu ini ternyata info mengenai Kecoa juga mengisi hari-hari ku, mulai dari otak Kecoa yang bisa menjadi obat penyakit manusia hingga cara mudah mentranslokasikan si Kecoa dengan menggunakan buah mentimun atau dalam bahasa Inggris disebut Cucumber.
Bagaimanapun, sepertinya selama aku masih menempati rumah yang saat ini dengan setia ku jadikan tempat untuk pulang, maka keseharian ku akan tidak terlepas dari alat pembasmi hama semprot dan sang Kecoa.