Kuparkir motor bebek kesayangan ku di depan sebuah swalayan yang terletak di pertigaan yang selalu sibuk ke arah kampus dalam. Sembari menunggu istri tercintaku mencari-cari barang di dalam swalayan, masih tetap berada diatas motor, aku menikmati suasana kesimpangsiuran lalu lintas kampus Darmaga Angkutan kota dari tiga penjuru wilayah yang berhenti seenaknya, motor yang seakan memiliki hak veto untuk membatalkan hak pengendara dari arah berlawanan dan selalu mengisi tempat yang kosong, pedagang kaki lima yang mengisi semua ruas trotoar sehingga pejalan kaki pun harus bersaing dengan motor dan mobil, dan yang tidak kalah menyenangkan adalah bertebarannya berbagai jenis sampah dari beragam ukuran dan bentuk menambah panorama pertigaan tidak cukup dengan itu, saluran air pun menjadi tidak punya arti dengan beragam jenis buangan langsung yang kebingungan kemana ingin mengalir.
Seorang anak laki-laki berpakaian kemeja lengan pendek berwarna merah cerah dan bercorak garis-garis tidak beraturan tampak keluar dari swalayan. Ditangan kirinya membawa sebuah payung kecil yang masih terlipat rapi dan di tangan kanan dia membawa sebuah bungkusan plastik dengan benda seperti tusuk gigi di dalamnya, tampaknya itu adalah plastik bekas pembungkus makanan seperti somay yang dimakan dengan cara ditusuk.
Dia nampak menanyakan sesuatu kepada seorang pegawai swalayan yang kebetulan sedang berada di luar. Sang pegawai swalayan menunjuk ke sebuah arah yang memang tidak kuperhatikan selama waktu menunggu yang terletak di pojok swalayan yang tepat berada di sebelah kiri ku. Anak tersebut, yang menurut ku berumur sekitar 10 tahun berjalan kearah tempat yang ditunjuk pegawai swalayan dan berjalan melewati ku dan membuang bekas pembungkus makanan yang dibawanya ke tempat itu. Tempat sampah…….ternyata anak tersebut menanyakan tempat sampah.
Saat itu aku tersenyum sendiri, ada keharuan menyeruak, ternyata ditempat dimana di tempat para intelektual di tempa, karena keseriusannya dalam belajar dan berkarya menjadikan lingkungan sekitar menjadi teracuhkan ditambah lagi dengan kekurang pedulian orang-oran gyang sehari-hari berada disana, masih ada yang masih ingat dengan fungsi tempat sampah.
Berapa lagi ada pribadi-pribadi seperti anak berkemeja itu, satu, dua, sepuluh, seratus? Bagaimana dengan diri ku sendiri? Kehadiran anak tersebut memberikan harapan besar untuk kita masih dapat melihat lingkungan yang agak bersih dari sampah.