Rudi berlonjak-lonjak riang sesaat setelah mendapatkan pasangan setelah fasilitator meneriakkan kata penebang. Saat itu rudi berperan sebagai pohon yang harus berpasangan dengan seorang teman melindungi seekor monyet yang diperankan oleh teman lainnya. Ketika fasilitator meneriakkan kata penebang, peserta yang berperan menjadi pohon bergerak kearah hewan yang sedang berjongkok. Itu merupakan salah satu permainan yang dilakukan pada hari minggu kemarin, di Suaka Margasatwa Muara angke.
Hari itu serombongan anak-anak muda dari Cardoner JSN dengan membawa 20-an anak-anak dari panti asuhan mendapat pencerahan mengenai hutan mangrove dan lingkungan secara umum bersama relawan dari Jakarta Green Monster setelah pada pagi harinya membuktikan bakti terhadap alam melalui kegiatan penanaman bakau di Taman Wisata Alam. Kegiatan diisi dengan pengenalan mengenai jenis tumbuhan dan satwa di hutan mangrove, kualitas air dan tentang sampah. Selain itu diisi juga dengan permainan lingkungan dan saling membagi kesan dan pesan di akhir kegiatan.
Rudi, sang panitia pun turut menikmati kegiatan sepanjang hari itu, bersama peserta yang lain merasakan kesan pertama di Suaka Margasatwa Muara Angke. Yang diharapkan kesan itu akan berbekas pada perilaku semua yang teliabt di kegiatan hari itu menjadi lebih ramah terhadap diri sendiri, teman dan lingkungan. (k-v)
Monday, January 28, 2008
Saturday, January 19, 2008
multiplying fun
Menarik apa yang terjadi kala sore tadi saat kembali dari Taman Wisata Alam Angke Kapuk ke Suaka Margasatwa Muara Angke setelah melakukan pengamatan burung. Saat sedang asyik duduk dibelakang tukang ojek yang sedang mengendarai motor melewati salah satu kompleks pemukiman elit di lingkungan pantai indah kapuk, di sebuah sudut jalan terlihat keramaian yang berbeda.
Mobil dari berbagai merk tampak diparkir di tepi jalan dan di jaga oleh staff keamanan berseragam, anak-anak dan ibu-ibu beserta para emban pengasuh tampak berkumpul di sebuah lapangan. Banyak terdapat bangunan-bangunan yang kesemuanya terbuat dari plastik tebal yg diisi dengan angin, anak-anak sibuk berlarian dan keluar masuk diantara bangunan tersebut.
Mungkin gambaran diatas adalah hal biasa disebuah taman bermain, anak-anak yang tertawa-tawa, ibu-ibunya yang sibuk bersosialisasi diantara sesamanya dan para emban yang sibuk menjaga anak tuannya. Tampak sekali kegembiraan diantara mereka semua. Namun gambaran di sore itu menjadi lain karena tidak jauh dari lokasi tersebut, tampak sekumpulan laki-laki mulai dari yang berusia remaja hingga paruh baya berpencaran di pembatas jalan di sekitar lokasi. Mereka tampak juga dalam posisi santai, ada yang duduk bahkan ada yang sambil tidur-tiduran, terkadang terlihat obrolan kecil diantara mereka sambil sesekal mereka tersenyum dan tertawa-tawa. Walaupun dalam posisi yang berbeda namun pandangan mereka terarah ke satu tempat. Tidak lain dan tidak bukan pada tempat dimana terdapat tempat bermain.
Ternyata kegembiraan penghuni kompleks elit sore itu juga membawa kegembiraan bagi para buruh bangunan yang sedang beristirahat setelah seharian berpeluh-peluh dengan pasir dan semen. Hanya mereka yang tahu mengapa kegembiraan di taman bermain menjadi tontonan para tenaga bangunan tersebut. Apakah karena bangunan-bangunan berisi angin?, karena riuh rendahnya anak-anak?, atau karena cara berpakaian mereka yang memang kebanyakan kaum hawa dan terkesan santai? hanya mereka yang tahu......................
Mobil dari berbagai merk tampak diparkir di tepi jalan dan di jaga oleh staff keamanan berseragam, anak-anak dan ibu-ibu beserta para emban pengasuh tampak berkumpul di sebuah lapangan. Banyak terdapat bangunan-bangunan yang kesemuanya terbuat dari plastik tebal yg diisi dengan angin, anak-anak sibuk berlarian dan keluar masuk diantara bangunan tersebut.
Mungkin gambaran diatas adalah hal biasa disebuah taman bermain, anak-anak yang tertawa-tawa, ibu-ibunya yang sibuk bersosialisasi diantara sesamanya dan para emban yang sibuk menjaga anak tuannya. Tampak sekali kegembiraan diantara mereka semua. Namun gambaran di sore itu menjadi lain karena tidak jauh dari lokasi tersebut, tampak sekumpulan laki-laki mulai dari yang berusia remaja hingga paruh baya berpencaran di pembatas jalan di sekitar lokasi. Mereka tampak juga dalam posisi santai, ada yang duduk bahkan ada yang sambil tidur-tiduran, terkadang terlihat obrolan kecil diantara mereka sambil sesekal mereka tersenyum dan tertawa-tawa. Walaupun dalam posisi yang berbeda namun pandangan mereka terarah ke satu tempat. Tidak lain dan tidak bukan pada tempat dimana terdapat tempat bermain.
Ternyata kegembiraan penghuni kompleks elit sore itu juga membawa kegembiraan bagi para buruh bangunan yang sedang beristirahat setelah seharian berpeluh-peluh dengan pasir dan semen. Hanya mereka yang tahu mengapa kegembiraan di taman bermain menjadi tontonan para tenaga bangunan tersebut. Apakah karena bangunan-bangunan berisi angin?, karena riuh rendahnya anak-anak?, atau karena cara berpakaian mereka yang memang kebanyakan kaum hawa dan terkesan santai? hanya mereka yang tahu......................
Thursday, January 03, 2008
impian sepasang kekasih
"kekasihku...........usahlah terlalu kuat engkau mendayung," sang perempuan berujar kepada lelaki pasangannya yang berada di buritan sebuah sampan mendorongkan sebilah kayu panjang ke dalam air membawa perahu itu melaju. " Tidak apa-apa dinda, kakanda masih lah kuat mendorong sampan ini hingga ke jembatan di depan sana.
"Aku ingin menikmati indahnya sungai ini kakanda ku," ujar sang perempuan. "Aku ingin menikmati betapa indahnya kampung ku, kakanda...," tambahnya. "Baiklah dinda ku terkasih," ujar sang lelaki mengurangi laju kayuhan bilah kayu yang dipegangnya.
Tidak kah kau lihat kakanda, betapa indahnya sungai kampung ku ini," ujar sang perempuan sambil menengok pasangannya dengan mesra. " kanan kiri sungai hijau oleh rimbunnya pepohonan.", lanjutnya sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam menikmati udara sungai.
"Lihat disana kakanda, ada pancuran yang mengalirkan air dari mata air di atas bukit sana." Sang perempuan sedikit memekik ketika dilihatnya pancuran di tepi sungai. " Begitu jernihnya air ini, sehingga pantas saja air sungai pun tampak jernih...." ujar sang perempuan memandang ke arah pancuran."Wah.... ikannya pasti banyak di sungai ini ya?" tanya sang lelaki dengan tetap mendorongkan bilah kayu di tangannya dengan perlahan. "Lihat, orang pun tidak perlu menggunakan jaring untuk mencari ikan.", tambah sang lelaki. "Woy pak nelayan.........banyakkah tangkapan hari ini?" teriak sang lelaki ke pada seorang bersampan yang berada di sisi seberang. "Yah....lumayan lah," ujar sang lelaki dengan agak pelan. "Dapat ikan apa saja? tanya sang lelaki penuh semangat. "gelas plastik, botol, kaleng, dan beberapa yang lainnya." ujar sang nelayan dengan sedikit enggan. "Semoga melimpah ya hasil hari ini...", kembali sang lelaki memekik kepada sang nelayan. "Iya, terimakasih." jawab sang nelayan hampir tak terdengar.
Kembali kedua kekasih itu melanjutkan perjalanannya menikmati kehidupan di tepi sungai. "Kakanda kusayang, dinda berharap kita dapat tetap tinggal disini," ujar sang perempuan lembut, "menikmati anak-anak kita lahir dan tumbuh serta bermain-main di tepi sungai seperti anak-anak itu." lanjut sang perempuan dengan tatapan mengarah kepada sekelompok anak yang sedang bermain di tepi sungai. "Iya, dindaku," jawab sang lelaki. "kakanda nanti akan mengajarkan anak-anak kita berenang di sungai ini, sehingga mereka nanti menjadi anak-anak yang pemberani dan pandai berenang,"ucap sang lelaki memandang mesra kepada sang perempuan.
"Kita hampir sampai kakanda," ujar sang perempuan menoleh kepada sang lelaki. "Menepi dan perapatlah di dekat jembatan itu," sambung sang perempuan menunjuk kearah jembatan bambu dengan anyaman yang sangat indah. "Bukan kah seperti ini tempat yang kita impikan bersama Kakang." kata sang perempuan merapihkan posisi duduknya. "Betul dinda ku, tempat yang sesuai bagi anak-anak kita tumbuh dan dewasa." jawab sang lelaki dengan pandangan mengawang.
"Aku ingin menikmati indahnya sungai ini kakanda ku," ujar sang perempuan. "Aku ingin menikmati betapa indahnya kampung ku, kakanda...," tambahnya. "Baiklah dinda ku terkasih," ujar sang lelaki mengurangi laju kayuhan bilah kayu yang dipegangnya.
Tidak kah kau lihat kakanda, betapa indahnya sungai kampung ku ini," ujar sang perempuan sambil menengok pasangannya dengan mesra. " kanan kiri sungai hijau oleh rimbunnya pepohonan.", lanjutnya sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam menikmati udara sungai.
"Lihat disana kakanda, ada pancuran yang mengalirkan air dari mata air di atas bukit sana." Sang perempuan sedikit memekik ketika dilihatnya pancuran di tepi sungai. " Begitu jernihnya air ini, sehingga pantas saja air sungai pun tampak jernih...." ujar sang perempuan memandang ke arah pancuran."Wah.... ikannya pasti banyak di sungai ini ya?" tanya sang lelaki dengan tetap mendorongkan bilah kayu di tangannya dengan perlahan. "Lihat, orang pun tidak perlu menggunakan jaring untuk mencari ikan.", tambah sang lelaki. "Woy pak nelayan.........banyakkah tangkapan hari ini?" teriak sang lelaki ke pada seorang bersampan yang berada di sisi seberang. "Yah....lumayan lah," ujar sang lelaki dengan agak pelan. "Dapat ikan apa saja? tanya sang lelaki penuh semangat. "gelas plastik, botol, kaleng, dan beberapa yang lainnya." ujar sang nelayan dengan sedikit enggan. "Semoga melimpah ya hasil hari ini...", kembali sang lelaki memekik kepada sang nelayan. "Iya, terimakasih." jawab sang nelayan hampir tak terdengar.
Kembali kedua kekasih itu melanjutkan perjalanannya menikmati kehidupan di tepi sungai. "Kakanda kusayang, dinda berharap kita dapat tetap tinggal disini," ujar sang perempuan lembut, "menikmati anak-anak kita lahir dan tumbuh serta bermain-main di tepi sungai seperti anak-anak itu." lanjut sang perempuan dengan tatapan mengarah kepada sekelompok anak yang sedang bermain di tepi sungai. "Iya, dindaku," jawab sang lelaki. "kakanda nanti akan mengajarkan anak-anak kita berenang di sungai ini, sehingga mereka nanti menjadi anak-anak yang pemberani dan pandai berenang,"ucap sang lelaki memandang mesra kepada sang perempuan.
"Kita hampir sampai kakanda," ujar sang perempuan menoleh kepada sang lelaki. "Menepi dan perapatlah di dekat jembatan itu," sambung sang perempuan menunjuk kearah jembatan bambu dengan anyaman yang sangat indah. "Bukan kah seperti ini tempat yang kita impikan bersama Kakang." kata sang perempuan merapihkan posisi duduknya. "Betul dinda ku, tempat yang sesuai bagi anak-anak kita tumbuh dan dewasa." jawab sang lelaki dengan pandangan mengawang.
Subscribe to:
Posts (Atom)