Sunday, March 14, 2010

Melasnya nasib sang emban

Di kota besar seperti Jakarta, tersedia beragam hiburan untuk keluarga. Pada saat akhir pekan, seperti sabtu atau minggu, pusat perbelanjaan yang merajalela di Jakarta dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat berkongkow-kongkow bersama keluarga. Ditambah dengan penawaran-penawaran "sale" yang menggiurkan menjadi daya tarik tersendiri untuk para keluarga metropolitan. Meskipun hanya sekedar "window shopping" atau sekedar menikmati makan di luar.

Tidak hanya yang berusia dewasa, tapi juga tidak ketinggalan anak-anak usia balita hingga bayi pun turut dibawa menikmati suasana mall. Bagi keluarga yang membawa bayi atau balita biasanya ekstra bawaan yang dibawa menyertai sang bayi selain popok sekali pakai dan susu hangat juga yang menjadi trend adalah membawa kereta bayi berikut emban pengasuh.

Emban pengasuh yang menyertai keluarga metropolis dapat dengan mudah diketahui dari seragam mereka yang berwarna putih atau hijau muda, atau kalaupun tidak berseragam namun terlihat yang paling banyak membawa barang bawaan, paling tidak satu paket tas berisi perlengkapan anak asuhannya.

Ternyata diantara kegembiraan keluarga-keluarga tersebut dalam menikmati suasana pusat perbelanjaan Jakarta yang megah dan sangat berwarna terselip ketimpangan perlakuan yang terjadi. Siang ini di sebuah food court yang terletak di lantai bawah pusat perbelanjaan terkenal di seputaran Senayan nampak tidak terlalu ramai. Ada beberapa keluarga dan pasangan yang sedang menikmati makan siang dengan menu kesukaan masing-masing. Rasa ketertarikan untuk memperhatikan perilaku orang-orang tersebut muncul. Tidak jauh dari tempat aku menikmati makan siang, nampak sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dengan dua anak serta seorang emban pengasuh. sang ibu nampak menikmati soto untuk makan siangnya, sementara anak laki-lakinya yang paling besar berusia sekitar 7 tahun nampak dengan lahapnya menikmati es campur dengan potongan kelapa muda di atasnya. Anak perempuannya yang berusia sekitar 4 tahun nampak duduk dipangku oleh embannya sedang menikmati dinginnya teh botol. Ada gambaran yang salah atau kurang? tidak ada jika dengan mengecualikan kehadiran sang emban disana.

Sang emban tampak dengan setia memangku sang anak perempuan sembari sesekali memegangi botol berisi teh dingin untuk diberikan kepada sang asuhannya tersebut. terlihat tidak tersedia satu mangkuk soto, ataupun satu cangkir es campur atau bahkan satu botol teh dingin di hadapan sang emban. Bagian meja dihadapan sang emban masih seperti saat mereka belum duduk di seputar meja tersebut, hanya tercemari lelehan air dari botol minum sang anak perempuan. Dengan pandangan yang hanya dimengerti oleh sang emban, dia menikmati suasana sekitaran, celoteh-celoteh diselingi tawa dan canda, kepulan asap rokok dari arah wilayah boleh merokok, gemerincing alat makan yang dirapihkan kembali oleh para pelayan tanpa menikmati makan siang bersama tuannya karena memang kehadirannya disana bukan untuk makan siang, tapi untuk bekerja.








No comments: